Saturday, January 14, 2006

Keberadaan Monyet di Wanara Wana Padangtegal, menurut cerita sudah aja sejak dulu. Bahkan para Pengelingsir ( Tetua ) kami tidak tahu secara persis asal muasal dari monyet di wanara wana padangtegal. Sehingga penulis merasa kesulitan mendapatkan data secara pasti dan akurat. Keberadaan hutan dan monyet-monyetnya belum ada yang tahu secara persis.

Menurut cerita, konon monyet-monyet di Padangtegal Keberadaan Monyet di Wanara Wana Padangtegal, menurut cerita sudah aja sejak dulu. Bahkan para Pengelingsir ( Tetua ) kami tidak tahu secara persis asal muasal dari monyet di wanara wana padangtegal. Sehingga penulis merasa kesulitan mendapatkan data secara pasti dan akurat. Keberadaan hutan dan monyet-monyetnya belum ada yang tahu secara persis.

Menurut cerita, konon monyet-monyet di Padangtegal ada kaitan erat dengan monyet-monyet di Kedisan. Konon Suatu hari monyet-monyet di Padangtegal ada sebagian yang berpindah dari Padangtegal ke Kedisan dengan memakai kalung dari ATA ( sejenis akar-akaran ) di lehernya. Kejadian ini diperkirakan kurang-lebih sekitar tahun 1800-an.

Setelah beberapa lama mulai adanya sawah-sawah di sekirtar Padangtegal, Nyuh Kuning, Semujan yang mengelilingi Pura Dalem dan hutan di Padangtegal. Monyet-monyet ini merasa terganggu akan keberadaan sawah-sawah tersebut sehingga monyet-monyet menjadi galak san sering membuat onar.

Pada sekitar tahun 1900-an (1910 / 1920), Almarhum I Made Kari (dikenal salah satu tukang Bade terkenal dari Padangtegal), suatu ketika beliau melihat kepulan asap di sekitar Hutan dan Pura Dalem Agung Padangtegal yang beliau kira Pura Dalem terbakar dan beliau bergegas ke sana. Setelah tiba, beliau melihat seorang yang berpakaian serba putih-putih yang sedang bermeditasi di sekitar Pura Prajapati, tepatnya di sebelah utara pohon "Bila" yang sekarang menjadi jalan menuju Pura Dalem. Setelah orang tersebut digoda/diganggu akhirnya
Keberadaan Monyet di Wanara Wana Padangtegal, menurut cerita sudah aja sejak dulu. Bahkan para Pengelingsir ( Tetua ) kami tidak tahu secara persis asal muasal dari monyet di wanara wana padangtegal. Sehingga penulis merasa kesulitan mendapatkan data secara pasti dan akurat. Keberadaan hutan dan monyet-monyetnya belum ada yang tahu secara persis.

Menurut cerita, konon monyet-monyet di Padangtegal ada kaitan erat dengan monyet-monyet di Kedisan. Konon Suatu hari monyet-monyet di Padangtegal ada sebagian yang berpindah dari Padangtegal ke Kedisan dengan memakai kalung dari ATA ( sejenis akar-akaran ) di lehernya. Kejadian ini diperkirakan kurang-lebih sekitar tahun 1800-an.

Setelah beberapa lama mulai adanya sawah-sawah di sekirtar Padangtegal, Nyuh Kuning, Semujan yang mengelilingi Pura Dalem dan hutan di Padangtegal. Monyet-monyet ini merasa terganggu akan keberadaan sawah-sawah tersebut sehingga monyet-monyet menjadi galak san sering membuat onar.

Pada sekitar tahun 1900-an (1910 / 1920), Almarhum I Made Kari (dikenal salah satu tukang Bade terkenal dari Padangtegal), suatu ketika beliau melihat kepulan asap di sekitar Hutan dan Pura Dalem Agung Padangtegal yang beliau kira Pura Dalem terbakar dan beliau bergegas ke sana. Setelah tiba, beliau melihat seorang yang berpakaian serba putih-putih yang sedang bermeditasi di sekitar Pura Prajapati, tepatnya di sebelah utara pohon "Bila" yang sekarang menjadi jalan menuju Pura Dalem. Setelah orang tersebut digoda/diganggu akhirnya sadarlah orang tersebut. Setelah ditanyakan ternyata orang tersebut adalah seorang Pemangku (orang suci) yang berasal dari Pulaki. Kemudian Pemangku tersebut diajak menginap di rumah Alm. I Made Kari selama kira-kira 3 hari. Disana Pemangku tersebut menceritakan kenapa monyet-monyet di padangtegal menjadi galak. Pemangku tersebut menceritakan bahwa monyet-monyet di padangtegal memiliki seorang pengasuh yang bernama "SALE". Pemangku tersebut menyarankan, jika ingin monyet-monyet tersebut menjadi jinak, mohonlah kepada pengasuhnya. Kemudian dimulailah Upacara untuk memohon kepada pengasuh monyet-monyet tersebut dengan menggunakan Sejajen berupa : Pras Santun, Kelanan, Dampulan, Segehan, Kepelan, Tegen-tegenan (isinya berupa umbi-umbian, jagung, dll). Yang melaksanakan upacara tersebut adalah Ibu dari Alm. I Made Kari. Setelah beberapa lama monyet-monyet tersebut mulai menurut.


http://www.padangtegal.or.id